Mari beri seiris waktu bagi syair.
Apalah arti air mata bagi penulis,
jika bukan sekedar tinta cair?
Hati miris.
Sajak mengalir.
Di luar, air hujan menitik,
lalu menguar aroma harum tanah.
Di sini, air mata menitik,
lalu menguar aroma hati patah.
Sedangkan di sepanjang harapan tipis,
tak henti-henti perdebatan sadis.
Hati bilang penantian ini romantis,
otak bersikeras ini berujung tragis.
Mendesah lelah, menghitung genta malam.
Keluh kesah, dalam-dalam terendam.
Bantal basah ucapkan selamat malam.
2013, dan lelah mencintaimu.
Sesimpel itu. Selamat tinggal.
******
Image taken from bellebebeblog.com